Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak.
Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib
organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader
anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu
bangga padamu.
Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya
nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak?
Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau
mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? kapan terakhir engkau
menanyakan keadaan adik-adikmu nak?
Apakah adik-adikmu ini
tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?
Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau
merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan
waktu dengan keluargamu. Memang nak, menghabiskan waktu
dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas
yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah
yang harus kau lakukan.
Tapi bukankah keluargamu ini adalah
tugasmu juga nak?
Bukankah keluargamu ini adalah amanahmu
yang juga harus kau jaga nak?
Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang
aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat disana sini, ada
jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh
penting.
Ibu membuka lembar demi lembarnya, di sana ada
sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.
Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap
bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak
ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.
Tak ada cita-
cita untuk ibumu ini. Padahal nak,,,,
andai engkau tahu sejak kau
ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk
ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku..
Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau
seorang organisatoris yang profesional.
Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu?
Dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan
keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat?
Ah, waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi
mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu.
Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun
pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kaka dan adik.
Akhirnya, tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat
itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah
penyesalan ketika berpisah dengan ibu.
Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih
malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat
teruntai.
Salam sayang untuk mu anak-ku...dari Ibumu yang senantiasa menghrapkan kau meluangkan waktumu diwaktu senja ibu.
0 komentar:
Posting Komentar